Ramadhan dan Pengampunan Allah SWT
digtara.com - Di dalam hadis, Rasulullah SAW. bersabda, â€Siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan keikhlasan, diampuni Allah dosanya yang telah lalu.†(HR. Bukhari Muslim). Di hadis yang lain, beliau bersabda, “Siapa yang mendirikan malam di Bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan keikhlasan diampuni Allah dosanya yang telah lalu.†(HR. Bukhari Muslim).
Baca Juga:
Layak menjadi pertanyaan, kenapa Allah SWT menghubungkan Ramadhan dengan pengampunan? Apa yang terjadi, bila seseorang bertemu dengan Ramadhan, namun tidak mendapatkan pengampunan dari Allah SWT?
Sejatinya, masih banyak pertanyaan yang bisa diajukan ihwal pengkhususan Ramadhan sebagai bulan pengampunan. Satu hal yang paling penting diingat, bahwa yang berhak memberikan pengampunan hanya Allah SWT.
Ketika Dia mengkhususkan Ramadhan sebagai bulan pengampunan lantaran ingin membuktikan apa yang difirmankan-Nya.
“Allah mengajak ke surga dan (memberikan) ampunan dengan izin-Nya.†(QS. al-Baqarah [2]: 221) dan firman-Nya, “Pencipta langit dan bumi. Dia memanggilmu untuk memberi ampunan kepadamu dari segala dosamu.†(QS. Ibrahim [14]: 10)
Artinya, ketika manusia mampu memaksimalkan dirinya beribadah puasa dan beramal saleh di bulan Ramadhan, maka Allah akan mengajaknya masuk ke dalam surga-Nya dan memberikan keampunan baginya.
Ayat tersebut juga diperkuat dengan hadis Rasulullah SAW, “Apabila telah datang bulan suci Ramadhan dibukakan Allah pintu surga, ditutup pintu neraka dan dibelunggu setan-setan.†(HR. Bukhari Muslim)
Makanya, cukup merugi seseorang bila bertemu dengan Ramadhan namun tidak mampu memaksimalkan dirinya dalam berpuasa dan beramal saleh. Ia tidak menilai bulan Ramadhan sebagai bulan yang diperuntukkan Allah SWT. untuknya. Ia menganggap bulan Ramadhan sama dengan bulan-bulan lainnya. Karakter orang yang seperti ini adalah karakter orang yang merugi.
Adalah Rasulullah SAW. bersabda, “Rugilah seorang yang bertemu dengan bulan Ramadhan namun belum mendapatkan ampunan ketika berpisah dengannya.†(HR. Timirdzi).
Di dalam hadis yang lain disebutkan, “Jibril datang menemui Rasulullah SAW. dan berkata, “Siapa yang bertemu dengan Ramadhan lalu tidak mendapatkan pengampunan dari Allah SWT. (di bulan Ramadhan tersebut), maka dimasukkan ke dalam neraka. Dan Allah SWT. sangat jauh darinya, maka katakanlah (Ya Muhammad) Amin, lalu Rasulullah SAW. pun berkata, amin.†(HR. Thobrani)
Ciri-Ciri Orang yang Tidak Mendapatkan Pengampunan
DR Muhammad Dubaisi di dalam kitab “Hal al-Mukminin fii Ramadhan†menjelaskan bahwa ciri-ciri orang yang tidak mendapatkan pengampunan dari Allah SWT adalah tampak pada dirinya yang tidak sibuk untuk bersungguh-sungguh dalam meraih pengampunan Allah SWT. Di dalam kesehariannya di bulan Ramadhan tidak menyibukkan diri dengan beramal saleh dan menjaga nilai-nilai pahala ibadah puasanya dari segala yang dapat merusaknya.
Padahal, Ramadhan adalah bulan pengampunan.
Di dalam al-Quran, Allah SWT. sudah menyeru manusia untuk berlomba-lomba dalam meraih pengampunan-Nya.“Bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.†(QS. Ali Imran [3]: 133).
Dan di dalam firman yang lain, “Berloba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan syurga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Allah mempunyai karunia yang besar.†(QS. Al-Hadiid [57]: 21)
Hendaknya, setiap mukmin memahami bahwa Allah SWT. menghadirkan bulan Ramadhan hanya untuk menunjukkan bahwa pengampunan-Nya sangat luas. Sehingga tak pantas bila seorang mukmin tidak menggapainya. Pada titik ini Allah menggambarkan kepada manusia, bahwa pengampunan-Nya dan kasih sayang-Nya sangat begitu luas. Jika Allah SWT. begitu sangat menyanyangi hamba-hamba-Nya, namun kenapa mereka tidak memahami itu.
“Sesungguhnya Tuhanmu Maha luas ampunanNya.†(QS. An-Najm [53]: 32), dan di dalam Firman yang lainnya, “Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mempunyai ampunan (yang luas) bagi manusia Sekalipun mereka zalim.†(QS. Ar-Rad [13]: 6)
Jangan Menjadi Manusia yang Merugi dan Sombong
Bila sudah memahami bahwa pengampunan Allah dan rahmat-Nya begitu luas, namun masih tidak mau menggapainya, maka sudah dapat dipastikan menjadi golongan orang yang merugi. Karena hanya Allah Tuhan yang memberikan ampunan dan hanya Dia yang sangat sayang kepada hamba-hamba-Nya tanpa mengharapkan sesuatu apapun dari mereka.
Maka, tak mengherankan kepada para nabi Allah SWT yang mashum (yang terbebas dari dosa) begitu mengharap pengampunan Allah saat mereka terlupa atau tersalah melakukan sesuatu yang sudah diingatkan-Nya untuk tidak dilakukan, mereka begitu semangat memohon keampunan-Nya.
Para nabi Allah SWT tersebut takut tidak mendapatkan kasih sayang dari-Nya. Karena jalan untuk mendapatkan kasih sayang-Nya hanyalah dengan memohon ampun dan mendapatkan ampunannya.
Hal ini persis seperti apa yang dikatakan Nabi Nuh as. yang dimaktubkan Allah SWT. di dalam al-Quran, “Sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaku, dan (tidak) menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku akan termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Huud [11]: 47)
Jika para nabi Allah SWT. saja begitu semangat dan bersungguh-sungguh memohon ampun kepada Allah, kenapa kita yang begitu bergelimang dosa tidak bersemangat meraih pengampunan Allah? Jika Ramadhan dijadikan Allah sebagai bulan pengampunan dosa, maka tak sepentasnya kita tidak bersungguh-sungguh meraih pengampunan-Nya.
Hendaklah kita belajar kepada Nabi Ibrahim as. yang begitu bersemangat memohon ampun kepada Allah SWT, padahal ia adalah orang yang terbebas dari dosa. “Dan yang paling kuinginkan (Allah) akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat”. (QS. Asy-Syuara [26]: 82)
Karena itu, mari kita bersemangat menjalankan ibadah puasa dan mengisinya dengan amal-amal saleh serta menjaga nilai-nilai ibadah puasa yang dilakukan dari segala yang merusaknya. Jangan sampai Ramadhan hadir lalu kita tidak sibuk menggapai ampunan Allah SWT., maka kita bisa dikategorikan sebagai orang yang sombong, persis seperti kesombongan Firaun, Qarun dan sebagainya.
Penulis: H. Rahmat Hidayat Nasution, Lc
Ketua Komisi Informasi dan Komunikasi (Infokom) MUI Kota Medan dan Narasumber tetap radio Alfatih 107.3 fm