Jumat, 14 Maret 2025

Al-Qur’an dan Pengamal Nilai-Nilai Ajarannya

Redaksi - Jumat, 23 April 2021 04:22 WIB
Al-Qur’an dan Pengamal Nilai-Nilai Ajarannya

Oleh: H. Rahmat Hidayat Nasution, Lc

Baca Juga:

Jangan Buru-Buru Men-sahkan Nikah Virtual
H. Rahmad Hidayat Nasution, LC

Di siang yang begitu terik, saat itu Rasulullah Saw. hendak mengirim serombongan utusan yang terdiri dari beberapa orang. Kemudian Rasulullah Saw. meminta kepada para sahabat yang akan berangkat itu agar masing-masing membacakan ayat-ayat al-Qur’an yang telah mereka hapal kepada Rasulullah Saw. “Ayat apa saja yang telah engkau hafal, Wahai anak muda?” tanya Rasulullah sambil mendekati anak muda tersebut. “Saya telah hafal beberapa surat, termasuk di dalamnya surat al-Baqarah.” Jawab anak muda tersebut. “Engkau hapal surat al-Baqarah?” tanya Rasulullah kembali. Anak itu pun menjawab,“Benar, Ya Rasulullah!”. “Berangkatlah, dan engkau diangkat sebagai ketua mereka.” Tutur Rasulullah. Lalu pemuda itu pun berkata kembali dengan penuh ketegasan, “ Demi Allah, Ya Rasulullah! Tidak ada yang menghalangi saya mempelajari surat al-Baqarah, melainkan takut kalau aku tak sanggup melaksanakan firman-firman yang terkandung di dalamnya”. “Pelajarilah dan bacalah dia”, sambut Rasulullah Saw., “Sesungguhnya perumpamaan orang yang mempelajari al-Qur’an, kemudian membacanya dan melaksanakan firman-firman yang terkandung di dalamnya, tak ubahnya bagaikan botol minyak yang harum, yang berisi penuh minyak kasturi dan menyebarkan keharumannya ke segala arah. Dan perumpamaan orang yang mempelajarinya, lalu ia lelap tidur tak ubahnya bagaikan seperti botol minyak harum yang tertutup rapat, sehingga tidak tercium bau harumnya.” (HR. Al-Tirmidzi). Al-Qur’an dan Pengamal

Begitu indah perumpamaan yang dibuat Rasulullah Saw. tentang para pengamal nilai-nilai al-Qur’an. Dia bagaikan minyak kasturi dalam botol yang terbuka. Tentu, keharumannya akan menyebar ke segala penjuru. Orang-orang yang di sekitarnya akan ikut menikmati keharumannya itu, meski bisa jadi mereka tidak memilikinya.

Segala aktivitas dalam hidup kita ini jika hasil refleksi pengamalan dari nilai-nilai yang terkandung dalam al-Qur’an, tentu akan memberikan rasa kedamaian, ketenangan, keadilan dan kesejahteraan bagi umat manusia. Bukan hanya manusia saja, hewan dan tumbuh-tumbuhan juga akan mendapatkan “percikan” rahmat.

Di antara kandungan al-Qur’an yang harus dilaksanakan oleh setiap muslim adalah tegas dalam berkata dan menyampaikan kebenaran meskipun pahit dan tidak menguntungkan bagi kepentingan dirinya sendiri. Dengan kata lain, tegas dalam mengatakan yang haqq (benar) sebagai kebenaran, dan yang bathil (salah) sebagai kesalahan, tanpa takut. Karena prinsipnya adalah qul al-haqqa walau kana murran (katakanlah yang benar sekalipun pahit). Mengungkapkan kebenaran dan kebaikan dengan jujur dan tegas merupakan bau “harum” yang dapat menyejukkan orang lain. Bahkan, dalam sebuah hadits disinyalir bahwa sikap ini merupakan garis pemisah, apakah seseorang bisa disebut muslim yang sesungguhnya atau tidak. Di riwayatkan dari Shafwan bin Salim, dia berkata, ‘Pernah ditanyakan kepada Rasulullah Saw., ‘Adakah seorang muslim yang penakut?’ Jawab Rasulullah, ‘Ada’. Lalu ditanyakan kembali, ‘Adakah seorang muslim yang bakhil?’ Jawab Rasulullah kembali, ‘Ada’. Lalu ditanyakan, ‘Adakah seorang mukmin yang pembohong?’ jawab Rasulullah Saw. ‘Tidak ada’.

Bila kita tilik sejarah, banyak sekali contoh-contoh yang diperankan oleh para sahabat yang menunjukkan tentang keberanian mereka dalam mengungkapkan kebenaran dan kesalahan, bahkan dalam kondisi sulit pun mereka tetap jujur dalam menyampaikannya. Abu Dzar contohnya. Ia salah satu sosok yang baik dalam masalah ini. Setelah masuk Islam, ia berbaiat kepada Rasulullah Saw untuk berkata benar sekalipun pahit. Setelah Rasulullah wafat, ia masih tetap konsisten dalam memegangi janjinya itu.

Karena bai’atnya itu, ia terkenal sebagai salah satu tokoh yang sangat kritis terhadap apa pun dan siapa pun yang melanggar hak-hak orang lain dan melakukan ketidakadilan. Suatu hari, Muawiyah, Gubernur Syiria, dalam menjalankan roda pemerintahannya terkenal cukup royal: membangun istana Khadra yang sangat mewah dan megah. Abu Dzar pun dengan lantang mengkritiknya, “Wahai Muawiyyah, kalau engkau membangun istana dengan uang rakyat, berarti engkau berkhianat. Kalau engkau membangun istana dengan uangmu sendiri, itu namanya pemborosan. Demi Allah, hal itu tidak ada di dalam al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah. Demi Allah, aku melihat ‘cahaya’ kebenaran telah dipadamkan dan kebatilan telah dihidupkan. Orang-orang jujur dianggap pendusta, dan orang-orang benar disingkirkan.”

Karena ketegasannya menyuarakan kebenaran itu, Abu Dzar diasingkan oleh Muawiyah di tempat gersang, Rabadzah. Ketika mengantarkannya ke tempat pengasingan tersebut, Ali bin Abi Thalib berkata, “Wahai Abu Dzar, engkau takut kepada mereka karena kecintaan mereka terhadap dunianya, dan mereka takut kepadamu karena keyakinan dan ketegasanmu.”

Perbuatan Abu Dzar tersebut dengan sangat baik telah menebarkan ‘aroma’ harum al-Qur’an dalam kehidupan nyata. Aroma semacam ini akan dapat ditebarkan bila memiliki tiga kesadaran.

Pertama, kesadaran meyakini bahwa di luar kehidupan nyata ini ada kehidupan ghaib, hari penghisaban. Hari penghisaban (yaumul hisab) telah kita maklumi bahwa hari itu adalah hari penghitungan amal manusia. Dengan memahami kesadaran ini, akan membangun konsepsi bahwa Allah senantiasa ‘hadir’, melihat dan mengawasi gerak-gerik kita. Di sini, kita juga sedang belajar ilmu tentang mati, sebuah ilmu yang mengingatkan kita bahwa kamatian merupakan awal dari kehidupan yang abadi. Karena perjalanan kehidupan manusia tidak hanya berhenti sampai manusia tidak lagi merasakan dunia, tapi juga masuk dalam alam ghaib. Di dalam kubur, Allah juga telah menyediakan buat manusia kehidupan, buktinya adanya nikmat kubur dan azab kubur. Setelah itu, baru manusia masuk ke dalam hari penghisaban amal, hari yang akan menempatkannya masuk dalam kategori penghuni surga atau neraka.

Kedua, kesadaran mengamalkan ilmu. Kesadaran kemahadiran Allah jelas akan membangun kejernihan pikiran, kelurusan logika dan sikap istiqomah mengamalkan ilmu. Karena Rasulullah Saw. pernah bersaba, “Di hari kiamat kelak, setiap muslim akan ditanya empat hal. Diantaranya, tentang apa yang telah diamalkannya dari ilmu yang dimilikinya.” Kesadaran mengamalkan ilmu inilah menjadi estafet kedua yang dapat menimbulkan ‘aroma’ harum al-Qur’an.

Ketiga, kesadaran untuk tetap istiqomah (konsisten) dan setia dalam menegakkan nilai-nilai keadilan dan kebenaran yang sesuai dengan tuntutan agama (syâri’) dan makna nilai-nilai tersebut. Inilah ‘tongkat’ terakhir yang menghantarkan manusia mencapai garis ‘finish’ menebarkan ‘aroma’ harum al-Qur’an.

Ibarat gelas kuno yang antik dan indah, yang kerap dirawat pemiliknya, al-Qur’an di sini bukan hanya perlu ‘dirawat’, tapi difungsikan juga nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dengan tiga kesadaran di atas sebagai dasar utamanya. Jika tidak, sangat mungkin al-Qur’an akan ‘diseret’ ke wilayah yang tidak memberikan kesejahteraan bagi manusia, tapi bahkan merusak dan menghilangkan ‘aroma’ harum yang dimiliki al-Qur’an itu sendiri. Ibarat gelas di atas, bukan fungsinya sebagai penampung air saja, namun telah berubah menjadi alat untuk melempar seseorang hingga terluka. Jelas, bukan dengan cara ini kita menaburkan ‘aroma-aroma’ harum yang terkandung di dalam al-Qur’an.

Allah Swt. telah memaktubkan di dalam kalam-Nya akan kedudukan atau derajat orang-orang yang tegas dan jujur  dalam kebenaran, “Dan siapa yang mentaati Allah dan Rasul-Nya, mereka akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: para nabi, para shiddiqin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang baik.” (Qs. An-nisa [4] :69). Semoga Allah senantiasa memberikan kita taufik dan hidayah agar cinta terhadap al-Qur’an. Terlebih lagi, di bulan Ramadhan ini. Harapannya, kita mampu menegakkan kebenaran dan membasmi kebatilan. Plus, kita pun dapat menikmati karunia ‘hidup’ bersama pada nabi, shiddiqin, mujahid dan orang-orang saleh. Amin.

Penulis adalah Ketua Komisi Informasi dan Komunikasi MUI Kota Medan

 

Al-Qur’an dan Pengamal Nilai-Nilai Ajarannya

Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
Editor
: Redaksi
SHARE:
Tags
Berita Terkait
Tabrak Dump Truk, Mahasiswa Undana Kupang Meninggal di Tempat

Tabrak Dump Truk, Mahasiswa Undana Kupang Meninggal di Tempat

Daftar Harga Emas Pegadaian Rabu 20 September 2023, Antam dan UBS

Daftar Harga Emas Pegadaian Rabu 20 September 2023, Antam dan UBS

Kasat Lantas Polres Sikka Dilaporkan ke Propam, Ini Kasusnya

Kasat Lantas Polres Sikka Dilaporkan ke Propam, Ini Kasusnya

Mengenaskan! Jadi Korban Tabrak Lari, Mahasiswi di Kupang Meninggal Dunia

Mengenaskan! Jadi Korban Tabrak Lari, Mahasiswi di Kupang Meninggal Dunia

Dua Pelaku Pencurian dengan Kekerasan Diamankan Polres Sumba Timur

Dua Pelaku Pencurian dengan Kekerasan Diamankan Polres Sumba Timur

Kejati NTT Tahan Lima Tersangka Kasus Korupsi Persemaian Modern di Labuan Bajo

Kejati NTT Tahan Lima Tersangka Kasus Korupsi Persemaian Modern di Labuan Bajo

Komentar
Berita Terbaru