Jumat, 14 Maret 2025

Menjaga Citra dan Momentum Kemandirian NU (Harla NU Ke-96 & Pelantikan NU Kota Medan)

Redaksi - Rabu, 16 Februari 2022 15:26 WIB
Menjaga Citra dan Momentum Kemandirian NU (Harla NU Ke-96 & Pelantikan NU Kota Medan)

digtara.com – Nahdlatul Ulama (NU) menjadi wadah perjuangan ulama dan pengikutnya yang bergerak dalam bidang agama dan sosial kemasyarakatan demi terwujudnya Khoiru Ummah

Baca Juga:

A. Citra Perjuangan NU

Tulisan ini sebagai sumbangsih pemaknaan pada Harla NU ke 96 tahun, 31 Januari tahun 2022, dan sekaligus persiapan pelantikan pengurus NU cabang masa hikmat 2021/2026. Hal ini dianggap sebagai menghitung ‘modal’ apa yang dimiliki Jam’iyah saat ini memasuki tahun 2026, merupakan tahun emas yang gemilang bagi nahdiyin. Nahdiyin sebagai organisasi Islam terbesar dunia, dan ‘pemilik saham terbesar’ dalam pendirian RI juga diharapkan dapat menghibahkan pikiran briliannya untuk visi Emas Indonesia tahun 2045.

Dapat dipastikan umumnya masyarakat dunia telah mengetahui Citra NU, secara ‘DNA’ sejak lahir maupun sepak terjangnya dalam sejarah. NU tetap konsisten berjuang mengembangkan Islam yang ramah, inklusif dan moderat.

Keterlibatan NU sebagai ormas keagamaan dan partai politik dalam membangun bangsa secara simultan (berkelanjutan) selalu mengedepankan politik kebangsaan dari pada politik kegamaan.

Dalam hal ini, demi objektivitas dan kebenaran fakta sejarah NU menerima Pancasila sebagai Dasar Negara tahun 1945, dan penerimaan azas tunggal Pancasila tahun 1983/1984.

Sejatinya, pada konteks ini, terjadi perdebatan yang sangat alot antara ‘nasionalis dan aliran konservatif’, namun NU tampil sebagai pengusung dan palaku moderasi politik.

Problem hari ini, NU bersama pemerintah bahu membahu untuk mencegah terjadinya radikalisme yang bercorak sekuler maupun bermotif keagamaan (sekuler dan ultra konservatif). Sikap sekuler memahami agama terlalu jauh bahkan lepas dari kitab suci, sementara ultra konservatif memahami agama terlalu rigid bahkan sangat tektual terhadap kitab suci sementara NU muncul diantara keduanya.

NU tidak kenal dengan oposisi karena bukan partai politik kecuali pada saat-saat melawan komunis. Pada muktamar 1984 di Situbondo NU kembali ke Khittah tahun 1926. NU hanya konsisten dan berpegang pada ideologi keagamaan yang mengedepankan kepentingan para pengikutnya (umat), dalam beribadah dan berbangsa, tanpa harus terlibat di panggung politik praktis.

NU menjadikan wadah perjuangan ulama dan pengikutnya yang bergerak dalam bidang agama dan sosial kemasyarakatan demi terwujudnya Khoiru Ummah.

Menjaga Momentum Kebangkitan

Suatu kemajuan dan kebangkitan dicapai tidak terlepas dari momentum. Saat ini NU tidak obahnya seperti tembang Mba Krisdayanti dan Mas Anang, ‘menghitung hari’. NU akan memasuki usia emas. Pertanyaannya adalah Quo Vadis NU ?.

Dengan berakhirnya Muktamar NU ke 36 di Lampung, seluruh jamiyah harus segera menyadari dengan penuh keikhlasan bahwa apapun hasilnya itulah keputusan terbaik. Sudah menjadi kebiasaan dimanapun ada keramain atau pesta, selalu ada ‘pecah piring’. Namun menjadi aneh apabila pecahan piring masih berlanjut setelah pesta selesai.

Ketua umum terpilih Gus Yahya sudah memulai jurus ampuh khas NU. Ia menyampaikan visi dengan cerdas dan cermat serta terukur, menekankan pentingnya idealisme dan visi, inklusif, kemanusiaan universal progresif. Inilah yang menjadi ‘trade mark’ NU saat ini dan masa mendatang.

Gus Yahya sadar akan tantangan dan kebutuhan penyelesaian problema gelobal dalam berbangsa tentu beban jamiyah semakin komplek. NU harus menjunjung idealisme dan etika politik kebangsaan.

Nahdiyin berkewajiban bangsa ini jangan terseret pada teogratisasi politik yang saat ini juga menjadi ancaman ditingkat domestik dan dunia.

Idealisme dalam berpolitik tentu akan menjaga nahdiyin terhindar dari sikap oportunis, apalagi pragmatis. Melalui sikap ini NU akan semakin mandiri dan bermartabat di bidang politik apalagi usianya nanti genap seratus tahun.

Pernyataan ini tentu tidak terlalu jumawa karena Nahdiyin telah ikut dalam membentuk karakter politik bangsa, juga NU faham bahwa teograsi politik telah menjadikan bangsa-bangsa di dunia terperosok ke jurang kehancuran.

Idealisme politik telah ditunjukkan oleh pendiri NU seperti menolak untuk duduk dalam Volksrad (Parlemen) yang dibentuk oleh pemerintah Hindia Belanda. Menolak gelar kehormatan dari ratu Belanda kepada Rais Akbar NU KH Hasyim Asy’ari. NU hanya menerima pengadilan agama, persoalan wakaf dan nikah zaman Belanda hanya semata mata kepentingan umat Islam, bukan pribadi apalagi oportunis.

Bidang pendidikan, NU menggap bahwa idealisme dan humanis juga menjadi patron yang harus melandasi karakter pendidikan di Indonesia. Sejak awal perjalanannya NU melalui lembaga penelitian dan bahsul masail-nya selalu menemukan jawaban terhadap masalah umat. Tapi saat ini, warning keras kepada warga nahdiyin, agar menyadari setiap manusia ada zamannya dan setiap zaman ada manusianya, zaman berganti masalah. Menghadapi perubahan, saat ini NU memiliki ribuan lembaga pendidikan di semua tingkatan dan tentu mengalami peningkatan dari tahun ke tahuan. Mulai dari RA sampai perguruan tinggi.

Potensi besar di atas harus menjadi perhatian penting bagi Nahdiyin.

Pembenahan di bidang kurikulum yang berbasis kemanusiaan, keindonesiaan keislaman, dan sains merupakan satu keniscayaan agar mereka para lulusannya dapat meningkatkan skill serta dapat bersaiang dibursa kerja pasar global.

Pentingnya memupuk rasa kemanusiaan dilembaga pendidikan, terutama lembaga pendidikan Islam, Prof. Dr. Syahrin Harahap, MA yang juga rektor UINSU mengatakan, rasa kamanusiaan adalah terminal tertinggi pencapaian pendidikan. Jauh sebelumnya, Gus Dur yang menjadi inspirator ketua NU Gus Yahya juga telah menyampaikan bahwa kamanusiaan adalah terminal terakhir dari ajaran agama.

Manusia tidak boleh dikerdilkan dengan dalih apapun apalagi ditindas atas nama agama. Manusia membantu manusia (disebabkan kesulitan atau ditimpa musibah) harus mengedepankan rasa kemanusiaan, tanpa harus mempermasalahkan primordialisme (SARA).

Nahdiyin diharapkan menjadi garda terdepan menentukan arah perubahan kemajuan, bukan sebaliknya nahdiyin mengikuti arah angin berhembus. Kuncinya, Visi NU harus hidup dihati umat agar memberikan warna, karena perlu diingat, ikan hiduplah yang tidak berubah jadi rasa asin sekalipun hidup di laut yang sangat asin.

Penyegaran di Tubuh NU (PB dan Kota Medan)

Saat ini NU semestinya memiliki strategi jitu menghadapi perubahan yang begitu cepat bahkan terkadang jig-jag alias tidak terprediksi terutama yang diakibatkan teknologi digitalisasi.

Pada saat yang sama terjadi persaingan gelobal sekaligus membuka perang konsep dan pemikiran. Suasana hari ini berkecamuk perang dagang ‘blok barat dan Timur’ yang tidak tertutup kemungkinan satu saat bisa berubah menjadi perang fisik. Tanda tandanya sudah terlihat pertarungan geopolitik AS dan Cina di Asia Pasifik.

Dapat diduga dan sangat realistis bahwa suasana gelobal saat ini telah ikut mempengaruhi keputusan Muktamar NU di Lampung sekaligus telah memilih ketua periode 2021-2026.

Patut sama sama disyukuri nahdiyin bahwa Prof. Dr. KH Said Aqil Sirodj telah menyebut ketua Umum PBNU periode 2021-2026, dengan mengatakan, Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) pilihan yang tepat. Kepada seluruh muktamirin agar melupakan semua suasana memanas yang terjadi sebelumnya, dan kita bersyukur, bangga dan gembira karen terpilihnya Ketua NU cicit dari Guru Ayah KH. Said.

Pengalaman di kancah nasional dan Internasional Gus Yahaya, menekankan pentingnya, memposisikan NU secara sungguh-sungguh sebagai penyangga keutuhan bangsa. NU juga memiliki concern terhadap tren meningkatnya eksploitasi identitas, baik etnik maupun agama, sebagai bahan politik.

Sampai di sini dapat dibaca dengan jelas bahwa NU di masa datang harus menambah energi dan kimia perekat dalam diri Nahdiyin agar mampu menjadi pengayom disetiap lapisan masyarakat dan berbagai elemen bangsa dan dunia yang pluralistik. Pemikiran dan konsep besar NU diharapkan dapat berjalan secara total dari hulu sampai hilir. Sirkulasi dan hilirisasi konsep Gus Yahya tentang peneguhan eksistensi NU di tingkat domestik dan internasional harus mengalir dengan baik juga merupakan keniscayaan.

Seiring dengan visi Gus Yahya, ‘restorasi’ NU di wilayah sumut terutama NU Kota Medan terutama 10 tahun terakhir ini perlu dijaga. Ucup di cinta ulampun tiba, pengurus NU wilayah Sumatera Utara telah merekomendasikan dan PB NU telah menysahkan pengurus NU Kota Medan masa Khikmad 2021/2026.

Sungguh sangat tepat keputusan PB mengangkat dan menetapkan ketua Suryah NU yang dimpimpin Dr. KH. Ahmad Rohan Nasution, MA dan Sutan Syahrir, MA sebagai ketua Tanfiziah. Kepemimpinan ini bergayung sambut dan memiliki koralasi yang sangat kuat dengan kebutuhan pelaksanaan program Gus Yahya. NU harus menjadi karakter masyrakat Sumatera Utara.

Dua pimpinan ini dianggap semakain penting karena ketokohannya mereka tidak perlu diragukan lagi. Dr. Rohan satu-satunya orang diluar arab yang pernah menjadi Imam di Mesjid Raya Tripoli-Libiya dan Presiden Muammar Ghadafi saat berkuasa pernah jadi makmumnya. Ia juga sangat menguasai al-Quran.

Bahkan karena kepiawaiannya dalam tilawah dan penguasaannya terhadap Al-Quran, Dr. Roihan pernah diminta menjadi warga kehormatan di Malaysia. Teranyar ia memperoleh penghargaan Wahdatul Ulum Award 2021 dari UINSU, karena tumuan beriliannya dibidang Tulis baca Al-Quran sehingga membantu seseorang dapat baca tulis Quran dalam waktu singkat.

Tentu tidak jauh beda dengan ketua Tanfiziah, Sutan Syahrir, MA yang penah menjadi kepala ‘mesin pencetak hafiz Quran’ sebagai kepala sekolah di Islamic Centre Medan. Ia juga hafiz Quran, keulamaanya ke pelosok Sumatera Utara cukup dikenal. Dapat dipastikan dengan kepemimpian dua tokoh ini dapat mengukuhan eksistensi NU ke depan semakin terbuka.

Loyalitas dan kapasitas kepengurusan NU Kota Medan saat ini, dipastikan akan menjadi pancaran kemilauan bintang sembilan, dan kemajuan NU di Sumut.
Waalhu a’lam bissawab

Penulis : Hotmatua Paralihan
(Wakil Ket. NU Medan/Dosen Filsafat Fak. Ushuluddin UINSU)

Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
Editor
: Redaksi
SHARE:
Tags
Berita Terkait
Kumpulan 40 Ucapan Harlah ke-102 Nahdlatul Ulama (NU): Sebarkan Semangat Kebangsaan!

Kumpulan 40 Ucapan Harlah ke-102 Nahdlatul Ulama (NU): Sebarkan Semangat Kebangsaan!

Tabrak Dump Truk, Mahasiswa Undana Kupang Meninggal di Tempat

Tabrak Dump Truk, Mahasiswa Undana Kupang Meninggal di Tempat

Daftar Harga Emas Pegadaian Rabu 20 September 2023, Antam dan UBS

Daftar Harga Emas Pegadaian Rabu 20 September 2023, Antam dan UBS

Kasat Lantas Polres Sikka Dilaporkan ke Propam, Ini Kasusnya

Kasat Lantas Polres Sikka Dilaporkan ke Propam, Ini Kasusnya

Mengenaskan! Jadi Korban Tabrak Lari, Mahasiswi di Kupang Meninggal Dunia

Mengenaskan! Jadi Korban Tabrak Lari, Mahasiswi di Kupang Meninggal Dunia

Dua Pelaku Pencurian dengan Kekerasan Diamankan Polres Sumba Timur

Dua Pelaku Pencurian dengan Kekerasan Diamankan Polres Sumba Timur

Komentar
Berita Terbaru