Refleksi Pelantikan PCNU Kota Medan: Ber-NU sebagai Pertarungan Kejernihan Hati

- digtara.com – Satu fakta dan kenyataan bahwa pelaksanaan pelantikan pengurus NU cabang Medan masa Khidmat 2021/2026 suatu cerita manarik dan sukses (success story).
Para hadirin harus mengakui, dan demi objektivitas serta kejujuran dilapangan, sulit terbantahkan bahwa perhelatan ini merupakan satu prestasi yang menggembirakan khususnya bagi NU Kota Medan dan umumnya NU sebagai Rumah Besar Nahdiyin.
Baca Juga:
Mari kita ulas beberapa bagian terpenting untuk dijadikan sebagai acuan indikator kesuksesan dan keberhasilan suatu acara besar. Kita lihat sejak mulai penetapan niat pelaksanaan pelantikan, penentuan waktu, tempat dan siapa yang akan diundang telah mengalami “sumbatan komunikasi” diseluruh lini. Ketidak sesuain keinginan itu mulai pengurus Wilayah sampai pengurus belum klop, paling tidak dua minggu sebelum hari H, begitu juga dengan 14 MWC Kota Medan sampai malam pelantikan masih tetap ada “berisik†(noisy).
Namun itulah gaya NU, jika ada sesuatu “hajat†besar organisasi sebelum mengalami perdebatan sengit belum dapat dikatakan sebuah kesepakatan yang telah lulus uji publik. Maklum karena ditubuh NU banyak ahli agama, pemikir, aktivis politik dll, sehingga dasar dan indikator kebijakan harus benar-benar teruji dengan matang. Di samping itu, para pengurusnya banyak menguasai qoedah ilmu perbandingan agama, ilmu ushul dan ilmu sosial skaligus mereka juga praktisi dibidang masing-masing.
Keragaman latar belakang ini menjadi membuat pemantik dinamika yang tinggi sehingga sering terjadi sepakat dalam ketidak sepakatan (agree and disagryment). Orang pintar mengatakan, agreeing to disagree means coming to an understanding with someone you disagree with. When you agree to disagree, you accept that neither of you is going to change the other’s mind. That’s when you stop arguing and move on! Arguments happen all the time.
(Menyetujui untuk tidak setuju berarti mencapai pemahaman dengan seseorang yang tidak Anda setujui. Ketika Anda setuju untuk tidak setuju, Anda menerima bahwa Anda berdua tidak akan berubah pikiran. Saat itulah Anda berhenti berdebat dan terus maju! Argumen terjadi sepanjang waktu).
Oleh sebab itu dalam ber-NU berjuang dengan pemikiran harus autentic (murni) dan kuat untuk keumatan dan kemaslahatan. Jika tidak demikian pendapat bisa patah ditengah jalan karena kepalsuan argumen lebih dulu menyeruak kepermukaan, secara otomatis kekuatan argumentasi berpikir (the power of reason) tidak melewati uji kelayakan atau tidak “lulus sensorâ€.
Begitupun jangan lupa bahwa NU memiliki metode berpikir, tidak mirip dengan ormas keagamaan sebelah “aliran keras dan tempramentalâ€. Pada “komunitas sebelah†perbedaan pendapat selalu berujung pada pengkafiran. Hal itu jauh berbeda dengan cara berpikir Nahdiyin, yang apabila terjadi ganguan dan hambatan komunikasi bahkan “bersitegang†pendapat, atau terjadi kebuntuan pemecahan masalah (problem solving) diantara nahdiyin kemudian ulama sepuh “membacakan Selawat Nabiâ€Â tiba tiba semua pertikaian bisa teratasi.
Tanpa terduga-duga sebelumnya semua bisa berubah seketika, yang keras bisa jadi lembek dan sebaliknya yang lembut bisa jadi keras. Contohnya mari kembalikan pada memori kita bagaimana Fatwa Jihad bela tanah air oleh Hadratussyekh KH. Hasyim As’ari, 22 Oktober 1945 pada agresi Belanda Netherland Indies Civil Administration dan Sekutu (NICA). Hadratussyekh dapat membangkitkan, membangun rasa nasionalisme dan anti kolonial mengalir ditubuh santri NU dalam waktu sekejap. Nahdiyin yang biasa baca tahtim dengan meliuk liuk, berbicara sangat lembut dan santun, dengan spirit dan magnet kyai, berubah menjadi arus pemberani ikut tempur tidak obahnya seperti tentara terlatih.
Para Nahdiyin ikut masuk ke medan perang fisik, hampir semua wilayah di Jawa pecah pertempuran melawan Belanda dan sekutunya. Padahal ulama hanya bermodalkan senjatanya “tasbih dan serban†namun mampu mengusir Belanda yang memiliki peralatan perang modern. Tentera Belanda dan sekutunya “muntah darah†dan “malu hati†seumur hidup karena kalah dengan tentara kampung yang sebagian besar nahdiyin yang identik dengan kaum sarungan.
Watak keras dan terukur lebih tepatnya dikatakan moderat tapi tegas itu memang karakter NU dan orang cerdas. Jadi sifat NU yang demikian dapat dimaklumi, mereka sangat santun dan patuh pada kyai serta orangtuanya. Seluruh banom dan sayap NU sangat hormat pada para kyai.
Karakter itu tetap menjadi ikon dalam sebuah perdebatan yanpa kecuali pada saat pelantikan NU Medan ini. Diawal terjadi “kasak kusuk†namun setelah para Kyai Pengurus Besar (PB) NU dan Kyai Pengurus Wilayah (PW) NU “membaca selawat nabi†semuanya berubah jadi adem, dan hadir saat pelantikan. Seluruh komponen mengikuti hati nurani, mulai dari PB NU datang untuk melantik, pengurus wilayah lega dalam mengikuti acara, Majelis Wakil Cabang (MWC) Medan akhirnya tenang.
Itulah khas perdebatan NU, plus karakter asli masyarakat Medan. Kalau sepintas dipikirkan tidak ada lagi jalan keluar dan titik temu tapi itu hanya cara dan karekter berorganisasi. Seperti yang dibilang orang Tapanuli, “Rukrek Parau martambah tu jegesna”.
Ucapan ini bermakna, dalam proses pembuatan perahu biasanya digoncang, ditekan tukangnya tapi hanya bermaksud untuk mengencangkan dan menguatkan perahu buatannya. Karena dengan cata ini lah kemudian akan menjamin perahunya akan laik berlayar dan siap masuk selat dan samudra, ombak dan badainya yang ganas.
Di NU selalu terjadi dinamika yang tinggi baik internal maupun eksternal terhadap pemerintah sekalipun (ingat NU menghadapi Orde Baru). Sebagai organisasi yang sudah matang, perdebatan di NU biasanya tidak sampai pada kehancuran (dualisme kepemimpian secara berkepanjangan) karena selalu ada diantara aktivisnya yang mengalah atau niat jahat yang terselip didalamnya hancur lebih awal. Jadi ber-NU ria merupakan pertarungan kejernihan hati nahdiyin untuk mengabdi di masyarakat, yang selalu mengedepankan politik kebangsaan dari politik simbolisasi keagamaan.
Duet Maut
Pelantikan NU Cabang Medan ini bukan hanya telah sukses tapi juga apik, memiliki seni dan keanggunan dalam berbagai aspek pelaksanaan. Hal itu semua tidak terlepas dari pengalaman dan kapasitas dua ketua yang dilantik hari ini, Dr. Roihan Nasution, MA, sebagai Rois dan Sutan Syahrir Dalimunte, MA sebagai tanfiziah. Ketua atau Rois Dr. Roihan Nasution, MA, memiliki sepakterjang yang mumpuni, baik dibidang keagamaan maupun dibidang tatakelola oragnanisasi.
Keilmuan Dr. Rohan sebagai ahli qiroah saba’ah andalan UINSU, bahkan di UINSU sendiri belum ada tandingannya. Keahlian ini patut untuk di jaga dan dikembangkan di Sumut, diharapkan dengan perpanjangan tangan melaui Kanwil Kemenang Sumut, juga UINSU. Selain itu Dr. Roihan juga sebagai qori nasional yang sampai saat ini tenaga dan ilmunya masih sangat dibutuhkan terutama sebagai pembina dan juri tilawah di Sumetara Utara.
Keahliannya dalam al-Quran telah menorehkan prestasi yang luar biasa dengan penemuan metode al Khira. Metode ini, dalam jangka waktu singkat dan biaya yang murah seseorang dapat membaca al-Quran. Hemat saya, metode baca al-Quran al Khira ini bisa diangkat menjadi program daerah bahkan nasional sebagai upaya pemberantasan buta aksara al-Quran. Tentu agar menjadi berdaya guna yang lebih optimal dan memiliki daya gedor yang besar (powerfull) perlu adanya dukungan dari orang ketiga, pemerintah atau swasta.
Kepiawaian dan kematangannya dalam berorganisasi karena selalu “diburu†pihak berwajib dimasa Orde Baru. Tahun 80-an, sebagai “buronan politik†saat pernikahan dengan belahan hatinya, Roihan harus datang dari Libiya ke Indonesia secara sembunyi-sembunyi. Bahkan ia telah berpesan kepada sang istri yang baru dinikahinya, harus siap menjadi pendamping dengan orang yang sewaktu-waktu menjadi tahanan atau masuk penjara. Bahkan dia pernah dianggap sebagai anti pemerintah, maklum karena identifikasi penguasa Suharto bahwa sekolah di Libiya sebagai ancaman terhadap kekuasaannya.
Ala kulli hal Dr. Roihan adalah seorang pejuang yang “bernasâ€, lepasan padang pasir yang ganas tapi hatinya sangat lembut. Dengan segala yang dimilikinya Ia turun gunung untuk ikut berkhidmat mengurus NU Kota Medan. Pengalamannya di organisasi pernah menjadi ketua Pelajar Indonesia di Libiya, ketua Abituren Pesanteren Mustofawiyah Purba Baru Mandailing. Ia juga mendirikan sekolah unggulan dan tentu juga sebagai kepala sekolah dan pimpinan yayasan.
Lain halnya dengan Sutan Syahrir Dalimunthe, MA memiliki pengalaman ulama dan birokrat puluhan tahun. Saat pidato pengukuhan menyampaikan kesiapannya untuk memperjuangkan NU Medan yang bermartabat, siap merubah NU kedepan karena didalamnya penuh dengan gagasan professor bukan proposal.
Gagasan dan kesanggupan hati ini layak diapresiasi karena pengalaman keulamaannya sebagai guru dan kepala sekolah tahfis Islami Centre Medan, membuat ucapannya tidak sembarangan. Kejernihan hatinya dalam mengembangkan NU patut untuk didukung semua pihak termasuk Forkopimda Kota Medan yang menjadi mitra membangun masyarakat Kota Medan.
Kapasitas dan kapabilitas dua tokoh ini dalam mengelola organisasi NU Medan terlihat dalam acara pelantikannya. Udangan datang dari berbagai pihak diantaranya Bupati Deli Serdang dan beberapa Kepala Dinasnya, dari beberapa pengurus Cabang NU Sumetara Utara, beberapa anggota DPRD Sumetara Utara, Forkopimda Kota Medan, organisasi sayap dan Banom NU Sumatera Utara ; Banser, Ansor, IPNU, PMII, fatayat dll. Tantu sebagai undangan VIP dari Jakarta, Prof. Dr. Nizal Ali, MA wakil ketua umum dan H. S. Sulaiman Tanjung, M. Pd, wakil sekretaris jenderal.
Tatakelola organisasi juga terlihat pada materi pengurus yang dilantik, secara umum memiliki pendidikan pengalaman organisasi yang juga sangat baik. Para pengurus banyak yang memiliki pendidikan pesanteren sebagai tokoh di pemerintahan dan ulama dimasyarakat, juga banyak yang memiliki pendidikan Doktor dan Master. Dapat dipastikan dua tokoh ini telah dapat menjadi pemantik dalam kebekuan ber-NU dan diharapkan dapat merajut perbedaan diantara nahdiyin Kota Medan. “Duet maut†dua pimpinan memiliki tanggung jawab besar untuk menyelesaikan program sampai tingkat MWC Kota Medan, sehingga bintang sembilan menjadi semakin bersinar di Sumut.
Pelantikan merupakan awal dari sebuah pekerjaan dan program. Saat ini tugas dan tanggung jawab besar sudah menanti, program unggulan sudah ditunggu masyarakat. Perlu difahami saat ini diberbagai tempat, masyarakat mengalami kekeringan spritual dan sulit mencari kejernihan pemikiran untuk dijadikan rujukuan ditengah tumpukan sampah informasi (hoax). Baik dalam kajian keilmuan apalagi berita tentang kemanusiaan, pendidikan produk dll. Selalu ada agenda tersembunyi dibalik pesan.
Terkadang masyarakat kesulitan sudah tidak dapat lagi membedakan antara tembaga dan emas, benar atau salah karena derasnya inforamsi hoak dan fitnah. Selalu terjadi perdebatan dan info yang membela kepentingan masing-masing tanpa mengacu dan merujuk pada kebenaran dan kanyataan yang sejatinya. Hal itu selalu, setiap saat dijejali melalui medsos yang sebahagian besar kehidupan manusia dikendalikan gadget.
Problem besar yang juga telah mengancam saat ini termasuk persoalan Covid 19 yang belum ada tanda-tanda mereda, bahkan penularannya malah semakin meningkat. Kekacaun ini menambah sembrawut dan kerusakan ekonomi umat setiap hari semakin parah.
Tentu semua keadaan ini juga berpengaruh terhadap pendidikan yang berkualitas. Hemat penulis untuk tiga tahun terakhir ini pendidikan anak berkualitas tidak lagi menjadi prioritas banyak orangtua, karena ekonomi sudah tersandra dengan kebutuhan yang lebih urgen seperti makan dan pengembalian utang atau kredit. Pendidikan sudah bergeser dari kebutuhan mendasar kepada kebutuhan sekunder.
Dalam konteks inilah NU harus hadir mengadvokasi masyarakat. Memberikan alternatif jawaban yang autentik berdasarkan bingkai (frame) moral, etika dan syariat atau agama. Program NU harus menyentuh dan problem sosial termasuk memberantas hoax yang mempergunakan agama sebagai tameng. Banyak kepentingan peribadi dan golongan membungkusnya dengan sampul agama dan “lipstik†kepentingan umum. Bahkan tidak jarang kekerasan bermotif agama seperti yang terjadi di India dan Rohingya.
Dalam kontek pembelaan terhadap umat juga NU bersama pemerintah berjuang bagaimana membentuk kemandirian umat Islam. Pengurus PB NU, Prof. Dr. H. Nizal Ali, M. Ag, mengemukakan, pengurus NU tidak boleh berhenti dalam kata-kata dan teori tapi harus wujud dalam bentuk kerja dan program. Perlu aplikasi dalam karya nyata agar bisa dirasakan umat secara luas. Program kerja harus memiliki target ada standarisasi keberhasilan.
Beberapa kekuatan yang dimiliki NU harus dipertahankan dan di kembangkan diantaranya :
Jejaring organisasinya harus kuat, setiap nahdiyin diharapkan menjadi pelopor NU. Muali dari PB sampai MWC, cabang Istimewa dan luar negeri.
Kaderisasi dan pembanguan NU harus dikuatkan secara nasional dan internasional.
NU juga memiliki pengikut yang banyak dan SDM yang sangat besar, oleh sebab itu peningkatan SDM harus menjadi prioritas utama.
Semua potensi ini harus dirajut dalam Rumah besar NU, dan rumah NU harus senantiasa diperbesar agar semua SDM yang kita miliki tetap bernaung didalamnya, semua keahliannya tertampung dan tersalurkan dengan baik. Jika rumahnya tidak dirawat dan diperluas SDM yang dimiliki akan keluar dan itu merupakan kerugian besar bagi NU bahkan bagi negara.
Dalam membentuk kemandirian dan pembentukan NU yang modern perlu pembangunan laboratorium ekonomi atau inkubator bisnis. Hal itu dalam rangka menciptakan program unggulan ekonomi dan bisnis NU. Seperti peningkatan produk UMKM, diberbagai tempat dan klinik kesehatan. Semua itu perlu dibangkitkan untuk kemandirian NU, advokasi terhadap masyarakat.
Program ini semuanya perlu hilirisasi, disalurkan mulai dari hulu sampai hilir PB sampai MWC. Saat ini pengurus NU kota Medan segera konsolidasi dan pembuatan recana kerja yang dapat digerakkan secara kolektif, dan berkelanjutan serta terpadu. Kepada segenap pengurus NU kota Medan selamat bekerja dan mengabdi kepada umat dan NU.
Wallahu ‘alam bissawab
Penulis : Hotmatua Paralihan, Wakil Rois NU Kota Medan

Tabrak Dump Truk, Mahasiswa Undana Kupang Meninggal di Tempat

Daftar Harga Emas Pegadaian Rabu 20 September 2023, Antam dan UBS

Kasat Lantas Polres Sikka Dilaporkan ke Propam, Ini Kasusnya

Mengenaskan! Jadi Korban Tabrak Lari, Mahasiswi di Kupang Meninggal Dunia

Dua Pelaku Pencurian dengan Kekerasan Diamankan Polres Sumba Timur
