Mangrove dan Ikan Manta Jadi Alternatif Wisata Ekologi di Rote Ndao
digtara.com – Belakangan ini, mulai banyak orang menawarkan wisata ekologi. Selain berwisata, wisatawan juga diajak belajar mengenai kehidupan biota laut. Hal itu yang menjadi sorotan kala media trip ke Kabupaten Rote Ndao, Jumat (12/11/2021) kemarin.
Baca Juga:
Rombongan menumpang kapal feri cepat dari pelabuhan Tenau Kota Kupang.
Waktu pelayaran sempat tertunda 2 jam. Pelayaran dengan kapal feri cepat baru dilakukan pada pukul 10.30 Wita. Biasanya pada pukul 08.30 Wita.
Namun perjalanan berjalan lancar dan kapal tiba di Pelabuhan Ba’a, Kabupaten Rote Ndao. Tim pun langsung ke Desa Oeseli, Kecamatan Rote Barat Daya.
Tim mengunjungi mangrove Oeseli yang tercatat sebagai mangrove tertua di Indonesia.
Di sepanjang pantai sekitar 1 kilometer ini, terdapat banyak pohon mangrove tua dan yang baru ditanam.
Hamparan pasir putih membentang di sepanjang pantai Oeseli.
Untuk berwisata mangrove, wisatawan bisa menggunakan kano menyusuri terowongan mangrove.
Hendra, guide diving menjelaskan kalau di wilayah tersebut merupakan eko sistem pesisir larva tua dan kerapu muda. Selain itu eko sistem bakau.
“Kita bisa berkeliling dengan kano melihat tumbuhan mangrove yang tumbuh sendiri dan perlu ditata lagi,” ujarnya.
Ia menjelaskan kalau karang bukan benda mati namun hidup dan temannya ubur-ubur. Sementara bakau mengurangi penguapan dan mempunyai banyak akar.
Bagi sebagian orang, mangrove sering dianggap halangan. Persepsi ini harus diubah.
Pesona Ikan Manta
Di Pantai Oeseli juga bisa ditemukan ikan manta. Walau bukan merupakan habitat, namun Oeseli merupakan jalur bagi ikan manta.
Ada sejumlah ikan manta di wilayah tersebut yakni oceanic manta dan riff manta.
Ikan manta di perairan tersebut merupakan manta lautan berat 2-3 ton yang hidup sampai 40 tahun.
Masa kehamilan manta 13 bulan sehingga populasi ikan manta agak minim.
Selama ini banyak warga yang berburu ikan manta padahal ikan manta tidak boleh dijual belikan.
Ikan manta sendiri merupakan ikan yang suka migrasi.
Menurut penelitian, nutrisi ikan manta bisa membuat karang lebih kuat sehingga eko sistem pesisir menyediakan banyak makanan buat ikan manta.
Sampah Masih Jadi Masalah
Ancaman pesisir saat ini adalah sampah dari laut yang merupakan sampah bawaan.
Di sisi lain, masyarakat belum paham mengelola dan menjaga eko sistem sehingga perlu pemahaman kepada masyarakat.
Untuk mengatasi masalah sampah dianjurkan agar wisatawan sendiri yang mengurangi sampah. Tidak membuang sampah sembarangan, tidak menyediakan air minum dalam kemasan, tidak menyediakan sedotan plastik dan perlu menyediakan tempat sampah atau membawa kembali sampah yang dihasilkan.
“Jaga eko sistem terumbu karang,” ujar Naneng Setiasih, Konsultan senior pengembangan wisata berkelanjutan.
Masalah Bom Ikan
Diakui pula, banyak aksi pengeboman ikan sehingga banyak karang yang rusak.
Untuk itu bagi wisatawan yang ingin diving dan snorkeling, maka diminta menjaga eko sistem.
Dalam laut ada banyak binatang yang bisa berbahaya seperti ular laut, lepuh ayam dan lepuh batu sehingga wisatawan diminta jangan menyentuh karang.
Bagi wisatawan yang melakukan pengamatan manta dianjurkan agar jangan terlalu mendekat dengan ikan manta.
“Jika menyelam maka wajib menjaga laut karena kita bertamu. jangan mendekat karena ikan manta adalah jenis binatang besar,” tandas Naneng.
Karena Oeseli adalah jalur ikan manta maka pengamatan harus menjaga jarak 3-5 meter, karena ikan manta gampang terganggu.
Trip hari pertama di Rote Ndao ditutup dengan wisata ke Pantai Oenggauk menyaksikan sunset dan menikmati ikan bakar segar di pinggir pantai yang disediakan om Mus. (Imanuel Lodja)