Program Pro-Rakyat Pasangan Jokowi-Ma’ruf Dinilai Lebih Konkret
digtara.com | JAKARTA – Pasangan calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 01, Joko Widodo-Ma’ruf Amin, dinilai lebih mampu merealisasikan program-program pro-rakyat secara lebih konkret dibandingkan pasangan calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Baca Juga:
Hal itu dikatakan Juru Bicara pada Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf, Rian Ernest, saat diskusi bertema “Adu Visi di Debat Ketiga, Siapa Paling Pro Rakyat”, yang digelar di restoran Kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Jumat (15/3/2019)
Hadir dalam diskusi itu, anggota Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, TB Ardi Januar; Pengamat Kebijakan Publik, Trubus Rahardiansah; dan Pengamat Politik dari Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno.
Menurut Ernest, Jokowi –sapaan akrab Joko Widodo, adalah seorang yang membangun karir dari bawah. Begitu juga adengan Ma’ruf Amin yang merupakan seorang kiai kampung. Mereka adalah dua individu yang menapak dari bawah.
Sisi sebaliknya, Prabowo, dengan segala hormat adalah bagian dari darah biru politik, masuk militer dan menikah dengan tirani orba. Sandi anak muda yang hebat dan sangat baik, lulusan Pangudi Luhur dan bisa kuliah di Amerika.
“Dari cerita mereka, kita bisa memiliki lensa siapa yang pro rakyat,”tegas Ernest.
Soal pencapaian, sebut Ernest, pasangan Prabowo-Sandi tak memiliki rekam jejak (trek record) dengan wong cilik. Termasuk setelah Sandi menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta.
“Dia selalu gembar gembor (program) OK OCE, mengklaim sudah melahirkan 40 ribu wirausaha. Tapi setiap blusukan, saya tanya ke warga apakah mereka suka diberikan pelatihan atau modal? Mereka suka diberikan modal. Sayangnya, Sandi selama jadi Wagub hanya memberikan modal untuk 150 orang. Jadi saya kira itu overclaim,”tukasnya.
Sementara Jokowi, lanjut Ernest, telah mengucurkan angggaran untuk pembangunan SDM yang melonjak hingga 75 triliun. Tak akan sebanding dengan permodalan yang diberikan kepada 150 orang lewat kredit mikro oleh Sandi.
“Pengangguran turun 0,37%, kemiskinan per Maret 2018 turun jadi 9,82%, gini rasio 0,389%. Belum lagi ada program KIP, KIS, Keluarga Harapan. Banyak sekali prestasi beliau di tengah hujan fitnah dan hoax. Pendidikan kita masih banyak PR. Soal SMK misalnya. Masih banyak yang nganggur. Tapi Jokowi tanggapi dengan membuat inpres untuk memastikan SMK kuat secara kurikulum dan nyambung dengan kebutuhan dunia kerja sekarang,”pungkasnya.
Ernest malah mempertanyakan pernyataan Prabowo yang menyebut dalam 100 hari masalah sembako dan pengangguran hilang. Menurut Ernest, Prabowo harusnya memaparkan bagaimana rencana konkret yang akan dibuat untuk merealisasikan persoalan itu.
Seperti Jokowi yang punya program sembako murah, ada juga kartu pra kerja untuk mengatasi pengangguran dan membantu siswa SMK yang mencari kerja. Jokowi lebih konkret dan nyambung dengan kebutuhan masyarakat.
“Menurut saya, Prabowo-Sandi seperti menyederhanakan program, seolah rakyat tidak bisa mikir. Seharusnya Prabowo-Sandi memberikan gagasan yang konkret,”timpalnya.
[RIL/AS]