Para Caleg Harus Siapkan Diri Hadapi Pesta Demokrasi
digtara.com | MEDAN – Pesta demokrasi dalam pemilihan legislatif akan berlangsung dalam beberapa minggu lagi, para kontestan tentunya dipacu agar sigap dan tanggap akan respon masyarakat untuk merebut suara mereka.
Baca Juga:
Berbagai cara tentu akan di lakukan para caleg untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam pemilu nantinya, namun bagaimana jika mereka yang tidak dipercaya oleh rakyat untuk menjadi wakil rakyat.
Pengamat Psikolog, Irma Minauli mengatakan Para caleg harus mempersiapkan diri menghadapi kegagalan mengingat peluang mereka untuk terpilih sangatlah kecil.
“Biasanya semakin besar ekspektasi atau harapan untuk berhasil maka akan semakin besar kekecewaan yang muncul. Demikian pula semakin besar usaha dan dana yang dilakukan maka ketika gagal, tingkat kekecewaan akan semakin besar,” ujarnya kepada Digtara.com, Kamis (28/3/2019).
Ia menambahkan, sangat wajar jika mereka yang gagal akan mengalami frustrasi karena mereka terhambat untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan. Akan tetapi jika tidak disikapi secara baik maka hal ini dapat mengarah pada gangguan psikologis seperti depresi.
Lanjut dikatakan nya mereka yang mengalami duka cita akibat kegagalan akan mengalami beberapa fase.
“Pertama, mereka akan melakukan penyangkalan (denial). Mereka tidak percaya kalau mengalami kekalahan. Umumnya mereka akan protes dan menyatakan bahwa pada beberapa TPS mereka memperoleh banyak suara. Padahal mereka lupa bahwa terdapat banyak TPS lain yang tidak memilih mereka,” ujarnya.
Ditambahkan Irma, fase kedua yaitu kemarahan (anger). Mereka merasa dicurangi atau diperlakukan tidak adil oleh petugas dan timsesnya.
Mereka juga mungkin akan marah pada tim suksesnya yang dianggap tidak bekerja optimal atau tidak menyalurkan bantuan atau dana yang mereka keluarkan.
Selanjutnya pada fase ketiga yaitu fase tawar menawar (bargaining) Irma mengatakan dimana mereka mungkin akan membujuk pihak lain untuk menjual perolehan suaranya untuk diri mereka.
“Kondisi depresi ini jika tidak ditangani dengan baik maka dapat mengarah pada gangguan jiwa yang lebih berat. Oleh karenanya pada fase ini mereka butuh dukungan sosial dari lingkungannya dan bahkan memiliki pikiran untuk melakukan bunuh diri,” ungkapnya.
Oleh karena itu, Irma mengatakan Dukungan sosial yang dapat dilakukan seperti pemberian informasi, misalnya memberitahukan psikolog atau psikiater yang dapat membantu mengatasi depresi yang mereka alami.
“Yang paling penting lainnya adalah bantuan untuk meningkatkan kembali harga diri (self-esteem) yang terpuruk akibat kegagalannya itu,” ungkap Irma.
Sementara itu salah satu rumah sakit jiwa yang ada di kota Medan mempersiapkan penanganan serta ruangan khusus untuk menampung para caleg gagal yang mengalami gangguan kejiwaan.
Salah satunya Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Mahoni kota Medan merupakan salah satu Rumah Sakit Jiwa yang sudah melakukan persiapan untuk menampung calon legislatif yang depresi atau mengalami gangguan kejiwaan akibat gagal terpilih di pemilu 2019 nanti.
Direksi Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Mahoni Dr Purnama Sari Dalimunthe mengatakan pihaknya saat ini dapat menampung sebanyak 30 orang caleg yang gagal dalam kontes demokrasi serentak tahun ini.
“RSJ Mahoni bisa menampung 30 orang pasien caleg yang gagal,” ujar Dr Purnama sari Dalimunte.
Lanjut dikatakan nya, pihaknya juga mengatakan beberapa ruangan telah dipersiapkan mulai dari VIP, kelas I, kelas II, hingga kelas III.
“Total ada 27 tempat tidur (bad) dan 13 kamar, namun saat ini kita tengah melakukan renovasi beberapa ruangan, termasuk 4 ruangan Vip milik kita,” ujarnya.
Ketika disinggung jumlah caleg gagal yang mendapat perawatan di RSJ Mahoni di pemilu sebelumnya, Purnama mengatakan ada 4 caleg gagal yang mendapat perawatan di RSJ Mahoni kota Medan dan semuanya berjenis kelamin laki-laki.
“Ada empat orang yang mendapat perawatan dan semuanya laki-laki,” ungkapnya.
Gangguan jiwa yang terparah yang dialami caleg gagal yakni sampai menggigit lidahnya sendiri. tutupnya. (gie)