Pelajar Warnai Penolakan UU Cipta Kerja, Pengamat: Mereka Dituntun Rasa Empati
digtara.com – Pengamat politik menganggap peran pelajar yang turut serta mewarnai penolakan UU Cipta Kerja tidaklah semata-mata ditunggangi, melainkan dituntun oleh rasa empati. Pelajar Warnai Penolakan UU
Baca Juga:
“Kalo ada yang berpendapat ditunggangi, saya rasa tidak seperti itu. Mereka merasa tidak cukup hanya sekolah. Apalagi di masa pandemi. Mereka merasa aksi ini bagian dari empatinya terhadap buruh. Selain itu, ini juga persoalan masa depan mereka ke depan,” jelas pengamat politik dari Universitas Sumatera Utara (USU), Dr. Warjio kepada digtara.com, Jumat (9/10/2020).
Selain itu, ia juga berpendapat bahwa kecenderungan pelajar ikut melakukan aksi harus dipahami sebagai sebuah bentuk kesadaran dalam konteks gerakan sosial.
Menurutnya Indonesia sedang mengalami transformasi informasi. Pelajar dan mahasiswa menjadi pemegang tercepat untuk dapat mengakses berita.
“Ini adalah efek dari tranformasi informasi yang ada, terutama dari pada para pelajar yang mengakses berita dengan cepat. Harus diakui mereka begitu berani turun ke lapangan,” terangnya.
Baca: Lewati Batas Waktu, Polisi Bubarkan Demonstran dengan Gas Air Mata
Tambahnya, gerakan pelajar pada dasarnya bukanlah hal yang baru dalam sejarah Indonesia.
Semisal pelajar Indonesia KAMMI dan KAPPI yang pernah hadir dalam konstelasi politik di masa orde lama.
“Kalau dilihat dari eskalasinya ini bukan persoalan sederhana tetapi sangat serius yang dilakukan oleh kaum buruh. Jadi saya kira, baik eksekutif maupun legislatif harus mendengar dan merespon tuntutannya,” tutupnya.
Saksikan video-video terbaru lainnya hanya di Channel Youtube Digtara TV. Jangan lupa, like comment and Subscribe.
Pelajar Warnai Penolakan UU Cipta Kerja, Pengamat: Mereka Dituntun Rasa Empati