Kader HMI Harus Tetap Jaga Persaudaraan
“Di HMI, Kita berteman lebih dari saudara.”
Baca Juga:
Demikian slogan yang selalu kita dendangkan dalam berproses di HMI, semoga belum mati. Slogan yang penuh dengan makna, memancarkan semangat berhimpunan, dan slogan yang menguatkan tali silaturahmi antar sesama Kader HMI, juga dengan senior-senior dan Alumni HMI.
Pertemanan kita di HMI, disatukan oleh suatu tujuan yang amat mulia. Pertemanan yang tidak memandang sekte kesukuan, golongan organisasi keislaman, teritorial, dan sekte-sekte yang lainnya. Kita berhimpun dalam suatu wadah, dari Sabang hingga Merauke, berdasarkan agama Islam dan atas kebanggaan sebagai bangsa Indonesia.
Persaudaraan di HMI harus tetap terjaga, sehingga teraktualisasi dalam kehidupan persatuan dan kesatuan. Rasa persaudaraan dan kekeluargaan harus terus kita pupuk, sehingga menyuburkan nilai-nilai kebersamaan. Kebersamaan yang membangun kekuatan agama dan ummat (bangsa) menuju kebaikan bersama. Setiap masalah, diselesaikan dengan cara yang baik-baik. Masalah kecil harus dihilangkan, masalah yang besar kita kecilkan.
Kalau melihat dinamika Kader-kader HMI sebelum kita saat ini, saya katakan saja; Kader HMI ZamanOld. Mereka berantam, tapi berantamnya ece-ece (bercanda) dan bertemannya betulan (benar-benar berteman). Akan tetapi, Kader HMI saat ini, kita katakanlah; Kader HMI Zaman Now. Berantamnya betulan, tapi bertemannya ece-ece.
Sebagai Kader HMI saat ini, dinamika yang tunjukkan Kader HMI Zaman Old di atas lah yang kiranya kita tiru. Kita tetap berdinamika, bahkan terkesan berantam, tapi itu hanya sandiwara. Sedangkan, pertemanannya memang benar-benar berteman yang menjalin persaudaraan. Bukan persaudaraan yang bermuka manis, senyum lebar dan tawa bersama, tapi dalam hati terus terbakar oleh api kebencian dan api ketidaksukaan.
Bukankah di dalam ajaran agama kita, Islam, yang menjadi azas HMI, mengajarkan bahwa kita harus saling menjaga persaudaraan? Bukankah Allah Swt. beserta para Rasul-Nya, selalu menekankan persaudaraan? Bukankah diajarkan bahwa, kita tidak boleh menyebarkan aib saudara-saudara kita?
Coba sejenak kita kembali membaca dan merenungkan bagaimana Rasulullah Saw. selalu memupuk dan merawat persaudaraan ummat Islam di masanya. Persaudaraan yang dibangun Muhammad Saw. menjadi kekuatan yang sangat besar, sehingga agama Allah berjaya di atas bumi ini.
Di penghujung tahun 2018 ini, seiring derasnya hujan turun menyuburkan tumbuhan, persaudaraan kita pun kiranya terpupuk dan semakin subur. Saling menjatuhkan kiranya dibumi hanguskan. Mengkritisi sah-sah saja, tapi jangan sampai terpecah belah. Kritikan itu penting, untuk mengembalikan sesuatu yang hilang. Jangan pernah anti pada kritikan, tapi kritikan itu harus sifatnya membangun.
Kemelut-kemelut yang terjadi biarlah berlalu dan tak perlu diingat lagi. Prahara yang menimpa HMI, pelan-pelan kita selesaikan dengan musyawarah tanpa saling menghujat dan tanpa mengeluarkan mosi tidak percaya. Setiap kita kiranya tidak memperkeruh suasana, tapi berperan untuk menenangkan sehingga menyejukkan suasana.
Di HMI, kita terus berhimpun. Menjalin persaudaraan dan kekeluargaan atas tujuan yang mulia dan membahagiakan. Selalu meneguhkan keimanan sebagai bukti kita makhluk yang mempercayai Tuhan. Menguatkan ilmu pengetahuan agar mampu eksis dalam perkembangan zaman yang cepat oleh tekhnologi. Merawat perkaderan sebagai jantung HMI, yang melahirkan Generasi M (Generasi muda Muslim), jika saya meminjam istilah Shelina Janmohed dalam bukunya yang berjudul Generation M.
Di hadapan mata kita saat ini, tantangan begitu besar. Perkembangan zaman sudah seperti secepat kilat menyambar. Perubahan sosial budaya hari ini secepat mata berkedip. Jikalau kita terus dalam konflik, maka kita dan HMIini pun akan tercabik-cabik. Tiadalah berguna semua konflik itu dipelihara. Musuh dan lawan bukanlah sesama kita. Di depan mata kita saat ini, adalah tantangan yang begitu nyata dan sudah sejauh mana kita mempersiapkan diri.
Setiap kader harus terus merawat kultur agar HMI tidak luntur hingga hancur. Kader yang berada di dalam struktur, jangan sampai terlelap dan terlena sehingga tidak sadar ternyata sudah berada dalam lubang yang kotor. Kader yang berada di luar struktur, harus terus mengorganisir nilai-nilai yang luhur. Maka dari itu, kita sebagai Kader HMI harus tetap menjaga persaudaraan.
Penulis: Ibnu Arsib (Instruktur HMI)