Potret Bertahan Hidup di Balik Lipatan Surat Suara Pilkada Medan
digtara.com – Seorang pelipat suara bernama Rajes (40) mengaku sangat bersyukur ketika mendapatkan pekerjaan melipat surat suara dari KPU Medan 2020 saat dijumpai di rumah kontrakannya, jalan Balai Desa, Kelurahan Medan Polonia. Lipatan Surat Suara Pilkada
Baca Juga:
Pasalnya sejak April 2020 ia telah berhenti bekerja sebagai pembantu pemilik toko Hand Phone di sebuah pusat perbelanjaan di Kota Medan.
Ditambah lagi situasi masa pandemi Covid-19, membuatnya sulit mendapatkan lapangan kerja yang baru dan merasa frustasi.
“Saya berhenti karena tidak cocok lagi dengan bos. Kalau kerja saya saat itu hanya sebagai pengantar. Misalnya mengantarkan makanan serta peralatan Hand Phone yang ada di rumahnya. Selain itu juga menjaga mamanya hingga membantu merenovasi gedung dll,” ujarnya, Jumat 20 November 2020.
Setelah itu pun Rajes menganggur. Ayah dari dua orang anak ini kemudian berusaha mencari kerja di mana-mana. Namun tiada panggilan satupun. Setiap tempat kerja yang dituju selalu beralasan belum bisa menerima sebab masa Covid-19.
Baca: KPU Medan Sebut Jika Surat Suara Berbeda dengan Spesimen, Akan Dicetak Kembali
“Saya sudah mencari kerja ke mana-mana tapi belum ada rezeki. Semua alasannya belum bisa karena masa Covid-19,” jelasnya.
Seiring kegelisahannya untuk mencari nafkah, ia terus dituntut mencari kerja oleh istrinya yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Kesehariannya pun tak jauh dari pertengkaran rumah tangga.
Disampaikannya beban uang sekolah anaknya cukup menyita pikirannya.
Anak pertama yang kini kelas tiga SMA, serta anaknya kedua kelas dua SMA mengharuskan dirinya membayar Rp 620.000/bulan. Belum lagi kebutuhan mendasarkan keluarga.
“Ya saat itu memang kondisinya parah sekali. Pendapatan saya ada tapi pengeluaran hampir 3 jutaan tiap bulannya. Pemasukan dari istri saya pun hanya Rp 500.000/bulan. Terakhirnya kami harus mengutang sana sini,” katanya.
Jual Rumah
Sampai di ujung tanduk, Rajes terpaksa mengorbankan hadiah yang ingin diberikan kepada anaknya kelak, yakni rumah.
Dalam memutuskan itu, ia mengaku sangat terpuruk dan teramat kesal bahkan dengan dirinya sendiri yang tidak bisa mendapatkan kerja.
Baca: Salman Berharap Perbedaan Warna Surat Suara Tidak Menimbulkan Persepsi Buruk
“Terakhir saya terpaksa menjual rumah di daerah Sri Gunting Sunggal Kanan Juli 2020 yang sebenarnya ingin dihadiahkan kepada anakku,” ungkapnya.
Dari hasil penjualan itu kemudian Rajes membayarkan hutangnya dan sisanya menjadi alasnya untuk bertahan hidup ke depan.
Ia pun bekerja serabutan dengan hasil yang tidak menentu. Menjadi tukang parkir hingga penjaga rumah dijalaninya dengan tabah.
Saat itu, ia juga mengaku mendapatkan dua kali bantuan dari pemerintah berupa beras dan minyak goreng. Tetapi sempat juga ia protes dengan kepala lingkungan setempat.
Sebab diketahuinya warga di sekitar rumahnya ada yang mendapatkan Bantuan Langsung Tunai (BLT) namun tidak dengan dirinya.
“Itu untuk mendapatkan beras dan minyak aja tunggu saya protes ke kantor kaplingnya. Baru dikasih dan untuk yang kedua langsung di antar ke rumah. Soal BLT itu juga, di sini ada warga yang kaya tapi kok bisa dapat Rp 600.000 sedangkan saya tidak,” sebutnya.
Tiada menemukan titik terang soal BLT saat mengadu ke kapling. Rajes pun bungkam dan memilih untuk bekerja lebih keras lagi.
Baca: Hari Pertama Pelipatan Surat Suara, Bawaslu Medan Tinjau Standar Prokes
Jadi Pelipat Surat Suara
Sampai akhirnya di moment Pilkada Medan 2020 memberikan kesan tersendiri padanya, yakni dipekerjakan sebagai pelipat surat suara.
Rajes mengaku mendapat kerja itu berkat bantuan dari seorang anggota TNI AU yang bernama Eko.
“Di sekitar sini ada kawan saya bernama mas Eko. Orangnya baik yang bertugas dari Jawa. Jadi saya bilang ke dia tolonglah mas kalau ada kerja bilanglah. Tinggal di sekitar rumah saya ini juga,” terangnya.
Dari situlah Rajes kemudian sampai menjadi pelipat surat suara Pilkada 2020 yang diselenggarakan oleh KPU Kota Medan.
Meski hanya bekerja lima hari, mulai 17 – 21 November 2020, ia mengaku sangat bersyukur terlebih di tengah sulitnya mencari kerja.
“Pokoknya ini sangat membantu lah. Kerja dari 08.30 Wib – 16.30 Wib melipat 2000 surat suara dengan gaji Rp 100.000. ini sangat membantu dan saya berharap pemerintah dapat peka terhadap para pengangguran, mulai dari lapangan kerja dan soal bantuan sosial di tengah masa pandemi,” tutupnya.
Saksikan video-video terbaru lainnya hanya di Channel Youtube TVDigtara. Jangan lupa, like comment and Subscribe.
Potret Bertahan Hidup di Balik Lipatan Surat Suara Pilkada Medan